Cari Blog Ini

Follow Me! @Elvarettags

@elvarettags

Kamis, 05 Oktober 2017

Kesenian Ondel-Ondel

Foto: Elvaretta Gasiona

Siapa yang tidak tahu ondel-ondel?

Boneka raksasa yang terbuat dari anyaman bambu dengan tinggi 2,5 meter dan berdiameter sekitar 80 cm ini merupakan warisan kesenian Betawi dan bisa dibilang maskotnya kota Jakarta. Kerangkanya terbuat dari rangkaian bambu karena mudah dibengkokkan serta dapat meringankan saat dipikul oleh penarinya.

Bentuk ondel-ondel menyerupai boneka manusia dan selalu tampil berpasangan. Biasanya ondel-ondel pria wajahnya berwarna merah dan berkumis, sedangkan yang wanita berwarna putih dengan bibir dipoles lipstik merah. Bagian wajahnya berupa topeng atau kedok dan rambutnya terbuat dari ijuk yang dihiasi kertas warna-warni.

Boneka raksasa ini awalnya bukan disebut ondel-ondel, melainkan barongan. Disebut barongan karena cara penggunaannya yang diarak bersama atau barengan.

Tetapi tahukah Anda bahwa pada mulanya ondel-ondel bukan sebagai hiburan seperti sekarang ini? Dikutip dari indonesiakaya.com pertunjukan rakyat Betawi ini sebenarnya menyimbolkan leluhur yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan.

Fungsinya sebagai pengusir roh jahat menjadikan ondel-ondel tidak dibuat secara sembarangan. Masyarakat Betawi harus membuat sesajen atau mengadakan ritual khusus terlebih dahulu agar roh yang masuk adalah roh yang baik dan dapat mengusir roh jahat.

Salah seorang sepuh di Kampung Betawi Setu Babakan, Samin Jebul mengatakan, “Maksud dari ondel-ondel awalnya untuk mengusir roh jahat, tetapi sekarang ini bisa disebut sebagai hiburannya orang Betawi.”

Bergesernya fungsi ondel-ondel, menjadikannya lebih sering tampil untuk  menambah semarak pesta rakyat, penyambutan tamu kehormatan, arak-arakan pengantin sunat, acara pernikahan, pawai budaya, dan sebagainya. Lagu yang mengiringi pun tidak terlepas dari musik khas Betawi dan itu disesuaikan dengan rombongannya masing-masing.

Dalam adat perkawinan Betawi, arak-arakan pengantin pria yang akan mengunjungi kediaman pengantin wanita biasanya dimeriahkan dengan adanya kelompok musik tanjidor, ondel-ondel, serta kesenian pencak silat.

Selama aksinya, para penari yang berada dalam ondel-ondel akan berjingkrakan dengan menggoyangkan badan serta menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Di saat yang bersamaan, musik khas Betawi akan mengiringinya, seperti  tanjidor, gambang kromong, gendang pencak, bende, ningnong, dan rebana ketimpring.

Keunikan dan kemeriahan arak-arakan tersebut membuat masyarakat sekitar tertarik untuk menyaksikannya. Sayangnya, adat ini sudah jarang digunakan orang Betawi dalam melangsungkan perkawinannya. Mereka cenderung memilih untuk menyewa jasa organ tunggal atau semacamnya.

Bahkan sekarang ini tak jarang ondel-ondel digunakan untuk meraup rezeki dengan cara “mengamen”. Caranya pun beragam, ada yang berkeliling lengkap dengan rombongannya—ondel-ondel beserta musik pengiring—, ada pula yang menjadikan ondel-ondel sebagai objek foto pengunjung di tempat-tempat wisata.

“Selain karena senang dengan keseniannya, saya juga ingin melestarikan kebudayaan Betawi. Jangan sampai ondel-ondel itu musnah. Makanya di sini kita kembangkan. Kalau bukan kita, siapa lagi?” ujar Hendra, salah satu orang yang meraup rezeki menggunakan ondel-ondel sambil tersenyum. 

Walaupun fungsi dari ondel-ondel sudah berubah, sebaiknya tetap dipertahankan dan dilestarikan. Jangan sampai kebudayaan negara kita sendiri punah karena modernisasi.

Tulisan ini sudah dimuat pada 2 Juni 2017 di koranbogor.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar