Cari Blog Ini

Follow Me! @Elvarettags

@elvarettags

Sabtu, 30 September 2017

Benteng Perlindunganku

September 30, 2017 14 Comments
Dok. Pribadi
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia



Sosok tegas dan berwibawa seakan lenyap saat kupandangi dirinya yang sedang terlelap. Wajahnya seakan memancarkan keletihan. Punggungnya yang kekar, seolah melemah setelah seharian membanting tulang untuk mencari nafkah. Pekerjaan yang dilakukan tak ayal untuk memenuhi segala kebutuhan aku dan keluarga.

Pekerjaannya yang tergabung dalam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) terkadang membuatku dan ia terpisah untuk beberapa waktu. Waktunya bukan sehari atau seminggu, melainkan satu hingga dua tahun. Beda kota, beda provinsi, bahkan beda negara. Rindu menghampiriku saat terpisah oleh jarak dan waktu. Dan ketika berjauhan, rindu menjadi makanan pokok kami.

Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), membangun persatuan dan kesatuan bangsa dan negara, serta mengabdikan diri membela Indonesia menjadi kewajibannya sebagai anggota TNI-AD. Itu membuatku bangga sekaligus takut. Bangga akan pekerjaannya yang mulia demi Tanah Air, tetapi takut kehilangannya sewaktu bertugas membela negara tercinta ini.

Ia pernah bertugas ke luar kota seperti Aceh, Timor-Timur (sekarang menjadi negara tetangga Indonesia, Timor Leste), dan Irian Jaya, serta berkesempatan ke luar negeri, yaitu Afrika Selatan, tepatnya di Republik Kongo.

Saat di luar kota ataupun luar negeri, ia ditugaskan untuk melakukan kegiatan sosial yang berguna bagi warga sekitar, seperti membangun rumah untuk masyarakat, membangun atau memperbaiki jembatan dan jalan, serta membantu menjaga keamanan setempat.


Ketika ia sedang jauh bertugas, aku selalu merindukan sosoknya yang jahil dan humoris. Di saat seperti itu, aku menginginkan raganya untuk ada bersama-sama denganku. Bukan hanya sekadar surat ataupun selembaran foto yang dikirim melalui pos. Maklum, waktu itu belum ada gawai canggih seperti sekarang ini. Komunikasi kami dapat terjalin melalui jasa pos.

Setiap waktu ia bertugas, tak henti-hentinya kuberdoa untuk keselamatannya. Seperti halnya, ia berdoa juga untukku. Segala kemungkinan terburuk selalu berkecamuk dalam benakku, membuatku takut jika harus kehilangannya saat ia sedang berada jauh dariku.

Aku belum siap jika harus kehilangan benteng perlindunganku. Tempat teramanku untuk mengadu dan berlindung dari segala macam serangan dunia luar.

Kepulangannya dari bertugas menjadi hal yang paling kunantikan. Tidur pun rasanya tak nyenyak. Aku ingin lekas berjumpa untuk membayar rasa cemas dan khawatir yang menggeluti diriku. Pelukan hangat dan aroma khas dirinya menjadi obat tersendiri bagi pilu hati yang merindu.

Walaupun kadang raut keletihan terpancar dari wajahnya, ia tetap menunjukkan senyum ketika pulang bertugas. Seolah tak ingin bebannya diketahui olehku. Padahal hal itu sangat jelas dan terasa. Hal ini membuatku ingin langsung memeluk tubuhnya untuk merenggut segala lelah dan beban yang dipikulnya.

Sebagai tentara, tentu ia adalah pribadi yang tegas dan disiplin tetapi aku telah menemukan sisi lembut dalam dirinya. Di balik peraturan-peraturan ketatnya untukku, seperti pulang ke rumah tepat waktu dan mengabari setiap berpergian, aku menemukan ungkapan kasih sayangnya melalui cara yang berbeda. Peraturan itu semata dibuat untuk kebaikanku dan untuk melindungiku dari kejahatan dunia ini.

Ia juga pribadi yang sangat menyanyangiku. Aku tahu itu. Walaupun dalam mengungkapkannya tak sehandal Mama. Ia memilih mengekspresikannya lewat tindakan dibandingkan kata-kata, seperti mengantar dan menjemputku saat sekolah hingga kuliah, serta menemaniku saat sakit.

Sekalinya ia berkata, kata-katanya tertanam di hatiku. Kata-kata yang sangat khas darinya. Itu kujadikan pedoman dan motivasi dalam menjalani hidup.

“Tingkatkan keimanan kepada Tuhan YME, tetap semangat, dan kejar cita-citamu,” katanya sambil tersenyum.

Dengannya aku merasa aman dan menjadi pribadi yang kuat. Hingga aku sukses dan mencapai impianku, tetaplah bersamaku, Pa.


Tulisan ini sudah dimuat pada 18 Mei 2017 di koranbogor.com